Perbedaan SLB A, B, C menjadi aspek fundamental dalam memahami sistem pendidikan khusus Indonesia. Setiap jenis sekolah luar biasa memiliki karakteristik unik yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik siswa berkebutuhan khusus.

SLB A diperuntukkan khusus bagi siswa penyandang tunanetra dengan berbagai program pembelajaran adaptif. Metode braille menjadi landasan utama dalam proses belajar mengajar di institusi ini. Selain itu, penggunaan media audio dan teknologi bantu memaksimalkan potensi pembelajaran siswa tunanetra.

Berbeda halnya dengan SLB B yang fokus melayani siswa tunarungu melalui pendekatan komunikasi visual. Program pembelajaran mencakup bahasa isyarat, membaca gerak bibir, dan teknologi pendengaran modern. Guru-guru terlatih mengembangkan kemampuan komunikasi siswa melalui metode yang telah terbukti efektif.

Sementara itu, SLB C dirancang untuk siswa tunagrahita dengan kurikulum yang disesuaikan kemampuan kognitif. Program life skills menjadi prioritas utama dalam mempersiapkan kemandirian siswa di masa depan. Pendekatan individual memastikan setiap siswa mendapat perhatian sesuai tingkat kemampuannya.

SLB Nur Abadi telah membuktikan keberhasilan penerapan program pembelajaran yang komprehensif. Institusi tersebut menggabungkan metode tradisional dengan teknologi modern untuk hasil optimal. Selain itu, kolaborasi dengan berbagai pihak memperkuat ekosistem pendidikan khusus.

Perbedaan SLB juga terlihat dari fasilitas dan infrastruktur yang disediakan untuk mendukung pembelajaran. Setiap jenis memerlukan peralatan khusus yang sesuai dengan karakteristik ketunaan siswa. SMAIT Dipatiukur sebagai sekolah umum juga memahami pentingnya dukungan terhadap pendidikan inklusi.

Program pembelajaran di ketiga jenis SLB mengintegrasikan aspek akademik dengan pengembangan keterampilan hidup. Pendekatan holistik memastikan siswa tidak hanya menguasai materi pelajaran namun juga siap menghadapi tantangan. Dengan demikian, perbedaan SLB A, B, C menjadi kekuatan dalam mewujudkan pendidikan berkualitas.